Instagram / headcrushersby Headcrusher - Turunan musik metal yang satu ini diyakini sebagai salah satu yang paling klasik. Bergulir sejak akhir era 70-an, musik thrash metal di Indonesia menjadi gerbong masuk gelombang sub-genre metal lain yang masuk ke tanah air. Dikomandoi oleh era Sucker Head ataupun Rotor yang kerap menggelar panggung mereka di Bilangan Pondok Indah, Jakarta Selatan, thrash metal mulai mendapatkan porsi perhatian lebih dari para penggemar musik keras di Indonesia. Baca Juga Band Heavy Metal Trivium Bakal Manggung di Hammersonic 2020 Kalo kamu suka banget dengan musik metal yang identik dengan rambut gondrong dengan riff gitar yang sangat rumit dan berbobot. Untuk itu, simak 5 rekomendasi band thrash metal asal Indonesia yang berasal dari lintas generasi berikut. Hajar! Sucker Head Discogs Sucker Head Sucker Head awalnya terbentuk oleh para mahasiswa yang menggemari Kreator da Band yang dipentili oleh almarhum Krishna J. Sadrach ini dikenal dengan musiknya yang terinfluence Kreator dan Sepultura. Krishna sendiri mengakui kalo dia membentuk band ini gara-gara "terbakar" semangatnya setelah mendengarkan album Kreator yang berjudul "Extreme Aggression". Baca Juga Queen Rilis Mobile Game, Lo Bakal Ngerasain Momen-momen Legendaris Mereka Sucker Head seringkali didapuk menjadi the godfather of Indonesian Thrash Metal, berkat jasanya yang memelopori subgenre musik ini di Indonesia. Rotor HAI Rotor Rotor terbentuk dari bentukan Irfan eks. Sucker Head yang merasa ingin mengeksplor kemampuan musiknya dengan cara yang lebih keras dan konsistensi dan keuletan, Rotor pun sukses terpilih menjadi pembuka konser Metallica selama 2 hari di Lebak Bulus, Jakarta pada 1993. Amerika Serikat juga pernah menjadi jujukan mereka untuk melanglang buana dan mengadu nasib di sana. Beberapa tahun ke belakang, debut album mereka, "Behind The 8th Ball", dirilis dalam format vinyl oleh Elevation Records. Baca Juga 5 Band Rock yang Sukses Diorbitin Basis Fall Out Boy Pete Wentz Dan belum lama ini, sang pendiri sekaligus motor utama mereka, Irfan Sembiring, meninggal dunia dan membentuk sebuah legacy sejati bagi sejarah musik metal di Indonesia. Metallic Ass Dok. Metallic Ass Metallic Ass Jika melihat nama dari band ini, maka mungkin kamu akan langsung mengafiliasikan kalo mereka adalah bentuk parodi dari band thrash metal Metallica. Namun jika mendengarkan musik yang mereka mainkan, Denizone Bass & Vokal, Bable Sagala Drum, & Danny Arifiyanto Gitar meleburkan komponen ekstrim dari musik thrash metal yang ciamik. Metallica, Slayer, Anthrax, hingga menjadi asupan utama bagi materi-materi yang dikaryakan oleh Metallic Ass. Demo dan album penuh berjudul "Thrash Metal 1983" pada 2009 dan 2011 lalu adalah bukti kecintaan mereka pada varian musik metal ini. Mereka kemudian kembali merilis album penuh berjudul "Agriculture Thrash" 2015 lalu. Tak lama berselang single "Kedaulatan Metal" kembali dilepas pada 2018. Baca Juga Panduan Memahami Beda Musik Metal dengan Hardcore Versi Burgerkill Headcrusher Instagram / headcrushersby Headcrusher Dalam bio media sosialnya, band ini menyebut dirinya sebagai band paling se-thrash se Surabaya. Memang nggak mengherankan, karena memang jarang sekali band di Surabaya yang memainkan musik seperti Headcrusher. Diambil dari judul lagu Megadeth dengan judul "Head Crusher", Headcrusher terbentuk sejak tahun 2010 di Surabaya. Memainkan elemen musik dengan riff tebal yang rumit, Headcrusher juga memasukkan unsur crossover thrash macam ataupun Municipal Waste pada musiknya. Baca Juga Peserta Termuda, Kirana Putri Pulang dari Panggung Indonesian Idol Special Season Fakecivil Instagram / fakecivil Fakecivil Kiprah Fakecivil dalam scene thrash lokal sebenarnya bukan nama baru, mereka sudah terbentuk semenjak petengahan 2008 oleh Lody Andrian, Dennis Destryawan, Paulus Tandiarto, dan Dimas Satrio di Kota Bekasi. Sejak itu, Fakecivil telah banyak menghiasi panggung-panggung di ibu kota dengan membawakan lagu-lagu sendiri dan lagu cover heavy metal klasik. Belasan tahun berselang, Fakecivil sukses menelurkan debut album perdana mereka "Resistensi Musik Bejat" pada Februari 2020 sebelum pandemi menyerang. Itu dia fren, komplotan para pemuda gondrong yang sukses mendapuk namanya dan terpilih sebagai 5 rekomendasi band thrash metal Indonesia terbaik yang muncul di berbagai lintas generasi. Mana nih menurutmu yang paling gokil? * PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Masterof Puppets adalah lagu metal selanjutnya yang dinilai paling berpengaruh sepanjang masa. Pedoman utama lagu ini adalah riff gitar yang berat dan memang sudah menjadi ciri khas Metallica. Lagu ini menginspirasi dan memberi pengaruh besar pada banyak band heavy metal dekade 1980 dan 1990-an. Pengaruh mereka pun berhasil menyentuh banyak musisi dari berbagai spektrum, terutama tentang
Beethoven once said music can change the world. Well, a trio of girls from Indonesia are proving that's Marsya Kurnia, Widi Rahmawati, and Euis Siti Aisyah were just three teenagers from a rural town in West Java when they discovered the power of rock n’ roll from their middle school guidance counselor, Ahba Erza. When they heard the heavy metal sound of drums and guitars played with full-on emotion, their world changed forever."For us, metal music is honesty,” said Kurnia. “A medium that can make us honest with ourselves and the world around us.”In 2014, with Kurnia on vocals and guitar, Rahmawati on bass, and Aisyah on drums, they formed Voice of Baceprot, meaning "noisy" in Sudanese.“Maybe you could say that we are one of those people who were saved by music,” said this all-female metal band from Indonesia rock out to inspire band hopes to empower the next generation by addressing issues like women’s rights and climate change. The girls aim to make a difference in the world, not just by playing music, but by constantly collaborating with organizations to raise money and taking action on the things they sing about.“We were safe from underage marriage because, through music, we have the courage to oppose it," Kurnia explained. "We will survive from depression because we can express our emotions through our songs. We can even support other women's movements and dreams through metal music.”And in the great rock n’ roll tradition, they aren’t afraid of rebellion. Three young women creating a metal band that speaks out on humanitarian and environmental issues was not a typical thing to do where they grew up, and they were not always met with support and understanding.“We try not to get carried away when we are upset,” said Rahmawati. “We also try to stay grounded on our wins. We think that life has to be balanced in that sense.”Voice of Baceprot has big, noisy dreams for the future. Currently, in the process of making their first album, this is a band built on unity.“We always remember that we have each other. Sisterhood,” said Kurnia. KumpulanLagu Pop Pilihan Di Indonesia (fg95) Home; Friday, 20 June 2014. 10 Lagu Heavy Metal Terbaik Iron Maiden By MPG 04:00 Metal, Top 10. Iron Maiden merupakan grup band heavy metal asal Inggris yang populer. Iron Maiden dibentuk di Leyton, Inggris pada tahun 1975. Iron Maiden beranggotakan Bruce Dickinson (vokal), Steve Harris (bass), Dave- Kancah musik nasional kembali ramai dengan pernyataan vokalis grup .Feast, Baskara Putra yang dianggap kontroversial dan memicu berbagai komentar setelahnya. Sebenarnya, pernyataan itu disampaikan Baskara sudah setahun lalu, namun baru ramai akhir-akhir ini. Dalam sebuah video wawancara di Youtube, Baskara mengeluarkan pernyataan yang mengklaim bahwa lagu .Feast berjudul “Peradaban”, lebih keras daripada lagu metal mana pun yang pernah mereka dengar. Sontak, pernyataan itu langsung dibanjiri banyak komentar, yang kebanyakan bernada negatif. Akhirnya, beberapa musisi yang menjadi punggawa grup-grup musik metal Indonesia angkat bicara. Dan .Feast langsung memberikan klarifikasi. Melalui video di Instagram unggahan Baskara bersama .Feast menyatakan permintaan maaf mereka atas pernyataan di video wawancara yang sebenarnya telah diunggah setahun yang lalu itu. Pernyataan Baskara, oleh berbagai pihak, dianggap terlalu mengglorifikasi, serta menginferiorkan semangat musik metal. Lantas, jika kita berbicara dalam perspektif sejarah, sudah tepatkah klaim dari Baskara itu? Semangat Musik MetalSemua berawal dari Inggris, tepatnya pada akhir 1960-an dan awal 1970-an. Saat itu, ledakan ekonomi di negeri Elizabeth pasca-perang dunia kedua mulai berakhir. Periode penurunan ekonomi ini berlanjut hingga awal 1980-an, yang ditandai dengan kenaikan pengangguran, inflasi, dan pemogokan buruh. Selama masa ini, pilihan bagi kaum muda kelas pekerja di Inggris begitu terbatas, terutama di kota industri kerah biru, Birmingham. Namun, dari kota inilah lahir sekumpulan anak muda, yang nantinya akan dihormati sebagai pionir dari genre musik paling berpengaruh hingga saat ini. David Cope, dalam bukunya New Direction of Music 1978 menuliskan, “prospek kerja yang buntu dan sekolah yang membosankan sepertinya menginspirasi gaya musik yang penuh amarah.” “Musik penuh amarah” yang dimaksud Cope adalah heavy metal, di mana ia menempatkan Black Sabbath, sebagai sekumpulan pemuda pekerja “yang marah”. Ozzy Osbourne dan kolega itu, menjadi band pertama yang memperkenalkan genre musik dengan suara gitar yang terdengar lebih berat tersebut. Suara gitar yang terdengar “lebih gelap”, memang menjadi ciri khas dari genre musik heavy metal. Hal ini sebenarnya tak lepas dari pengalaman sang gitaris, Tomy Iommi. Saat bekerja di pabrik, ia kehilangan ujung jari-jarinya kerena kecelakaan kerja. Iommi pun melonggarkan senar pada gitarnya agar lebih mudah memainkannya, dan menyebabkan suara gitar terdengar lebih berat. Namun, yang perlu menjadi dicatat, bukan hanya suara berat dari gitar saja yang mencirikan musik heavy metal. Lirik penuh amarah, anti-kemapanan, dan perlawanan, juga mendominasi genre ini secara khas. Lirik Penuh AmarahSetelah Black Sabbath memperkenalkan genre baru ini, kemudian muncul band-band yang mulai memodifikasi gaya bermusik mereka. Dari sana, muncul Deep Purple yang memadukan gaya musik berat dengan sentuhan jaz. Atau, Judast Priest yang memainkan musik ini dengan tempo yang lebih cepat dan distorsi yang lebih panjang. Bahkan setelah itu, bermunculan band-band hardrock yang secara musikalisasi, mereka mengadopsi gaya bermain Black Sabbath. Hingga kini, tercatat ada banyak modifikasi dari musik heavy metal yang menghasilkan berbagai sub-genre dengan ciri khas masing-masing. Seperti thrash metal, death metal, black metal, dan sebagainya. Namun, kendati lahir sub-genre baru, ada satu yang tak berubah dari musik metal “semangat perlawanan dan penuh kemarahan”. Hal ini didasari, karena heavy metal telah menjadi lebih dari sekadar sub-genre dari musik rock atau metal. Ia bertransformasi menjadi subkultur yang membuat para penggemarnya tidak hanya mendengarkan musik mereka, tetapi juga merangkul fesyen, cara berpikir, perilaku, bahasa hingga simbolisme mereka. Dalam bukunya Heavy Metal The Music And Its Culture 2009, Deena Weinstein berpendapat bahwa para penggemar heavy metal membentuk "komunitas pemuda eksklusif" yang menjadi sangat khas dan terpinggirkan dari masyarakat arus utama. Komunitas heavy metal mengembangkan norma, nilai, dan perilaku mereka sendiri. "Kode keaslian," tulisnya, harus diikuti oleh grup musik lain yang mengklaim diri sebagai band heavy metal, dengan menunjukkan sikap "tidak tertarik pada daya pikat komersialisme" dan “penolakan untuk menjual". Hal lain yang ada dalam musik metal adalah "oposisi terhadap kemapanan dan mengalineasi dari masyarakat". Figur heavy metal menjadi citra ideal musik dan subkultur – yang meminjam istlah Weinstein – mereka “dipaksa untuk menunjukkan pengabdian total pada musik”. Seorang musisi harus menjadi "wakil yang diidealkan dari subkultur". Lebih jauh, Weinstein berpendapat bahwa musik metal dapat dikategorikan dalam dua tema dionysian, yang merayakan kenikmatan hidup seperti 'seks, narkoba, dan rock n' roll ', dan tema chaotic yang melibatkan banyak subjek yang lebih gelap, seperti kekacauan, ketidakadilan, dan kematian. Loudwire bahkan pernah merilis sepuluh lagu yang menjadi simbol perlawanan dalam tajuk “Greatest Hardrock & Metal Protest Anthem”. Dua yang menarik adalah lagu "Refuse/Resist" dari Sepultura dan "Killing in the Name" dari Rage Against Mechine RATM. Lagu "Refuse/Resist" merepresentasikan perlawanan terhadap rezim yang sewenang-wenang. Sementara RATM, dalam karya-karyanya, selalu konsisten menyuarakan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat Amerika. Dari rasisme, kapitalisme, kesenjangan sosial, sampai aksi kekerasan terhadap juga Sinister Band Death Metal Belanda akan Tampil di Hammersonic 2020 Black Sabbath Dari Birmingham Kembali ke Birmingham Megadeth Membuat "Badai Tornado" di Konser JogjaROCKarta - Musik Kontributor Ahmad EfendiPenulis Ahmad EfendiEditor Alexander Haryanto